Pola hubungan sipil-militer diberbagai negara
berbeda-beda tergatung dari sistim rezim pemerintahan yang dianut oleh suatu
negara. Secara umum dalam sistim pemerintahan demokratik liberal, hubungan
sipil-militer menganut pola supremasi sipil. Sedangkan pada sistim rezim
otoritarian, pola hubungan sipil-militer berpariasi derajatperbedaannya dengan
penekanan peran militer lebih dominan.
Elliot
A. Cohen mengklasifikasikan pola (patterns)
hubungan sipil-militer, kedalam 4 model yaitu:
The
Raditional Model.milter dibangun
menjadi kelompok profesional, secara sosial terisolasi memusatkan perhatian
pada maslah-masalah teknis, dan hanya berorientasi kepada ancaman dari luar.
The
“Constabulary” Model. Pada dasarnya tentara
berfungsi sebagai kekuatan kepolisian dimana para pemimpinnya lebih bertindak
sebagai “managers” daripada “wariors”, dengan orientasi baik keluar
maupun kealam negri, dan lebih melihat pada pentingnya ketertiban (order) daripada berperang menghadapi musuh.
The
Military as Reflection of Society.
Sebuah sistim nasional dimana militer memainkan peran yang penting dalam
membangun civil society yang
dilaksanakan melalui dinas militer secara luas dengan pendidikan dan
indoktrinasi yang positif (conscious).
The
Guardian Military. Sebuah sintesa,
dimana militer berfungsi melindungi order politik dan sosial namun tidak
melibatkan diri dalam politik praktis (day
to day intervention politics).
Michael C. Desch dalam buku politisi Vs Jenderal; control sipil atas militer ditengah arus yang
bergeser menyampaikan bahwa perkembangan pola hubungan sipil militer
dipengaruhi oleh berubahny lingkungan keamanan international secara global
pasca perang dingin. Pada masa perang dingin ada dua negara yang bertikai,
yaitu: antara unisoviet (sekarang rusia) dan America serikat (USA). Bersamaan
dengan itu hubungan otoritas sipil dan militer memburuk. Amerika serikat dan
unisoviet pernah menjadi model bagi subordinasi militer kepada otoritas sipil,
dimana keduanya mengalami pelemahan kontrol sipil. Umpamanya, sejak upaya
kudeta agustus 1991 diunisoviet, sering mucul pertanyaan tentang apakah militer
soviet sepenuhnya benar-benar berada dibawah kendali sipil. Sementara dipihak
lain, adanya “krisis” didalam hubungan sipil-militer di USA, justru tidak
sampai menimbulkan adanya ancaman kudeta militer atau pembankangan
terang-terangan dari pihak militer. Itu sebabnya, di amerika serikat, tidak
banyak org berminat lebih lanjut memperdebatkan secara terbuka hubungan
sipil-militer.
Referensi :
Asep Sahid Gatara, Fh, M.Si dan Drs. H. Subhan Sofhian, M.Pd. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN(CIVIC EDUCATION). Fokusmedia. Cetakan kedua 2012. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar